Kenapa Menulis?
Kenapa Menulis?
Kenapa Menulis? Sebelum saya berbacot ria, mari kita mundur
ke tahun 3.500 SM dimana tulisan pertama kali di temukan, di tablet batu kapur di
situs kota sumeria kuno yang bernama kish, yang terletak di irak modern.
“Jauh amat mundur lu?”
“JAS MERAH KAMERAD!”
Bentuk tulisan ini merupakan objek awal sistem kepenulisan
yang dapat diuraikan, dikenal, dan dapat digunakan oleh manusia, sistem kepenulisan ini sudah dipakai selama sekitar 3000
tahun dan menghasilkan ratusan ribu tablet tanah liat dan benda bertulis
Para arkeolog pun baru menemukan sekitar abad ke-19 lebih
banyak lagi tulisan seperti itu, untuk dikembangkan dan digunakan hingga
sekarang.
LANJUT >> jadi kenapa Menulis?
Mungkin dari sekian banyak orang yang menulis ada banyak
juga alasan yang berbeda-beda CONTOH:
Menulis mungkin media terbaik dan nyaman yang dia punya
untuk mengekspresikan diri membagikan cerita, gagasan, buah pikir atau bahkan
untuk menghibur diri
Atau bisa jadi menulis merupakan sarana untuk menginspirasi
orang lain dan juga berbagi pengetahuan dan pengalaman pribadi. Jadi ada banyak
variabel dan morfem-morfem alasan setiap orang memilih untuk Menulis
“Dari sekian banyak media ekspresi diri kenapa memilih
menulis?”
“Suka-Suka saya lah hehehe, bercanda:)”
Kenapa memilih menulis?
Menurut pendapat pribadi, dari catatan kuno di dinding gua
hingga blog modern dan novel epik, kekuatan kata-kata telah memengaruhi,
menginspirasi, dan bahkan mengubah dunia, sebegitu dahsyat nya kekuatan
kata-kata yang berawal dari “INI IBU BUDI”. Rest in Peace Nenek Rauf ( SITI RAHMANI RAUF
Penulis buku pelajaran “INI BUDI”)
terimakasih telah
memperkenalkan budi di sekolah kami.
Menulis adalah seni yang timeless, praktis, murah tapi gak
murahan.
Seperti kata salah satu penyair dan role model saya dalam
menulis bapak Widji Thukul
“jika tak ada mesin ketik, aku akan menulis dengan tangan
Jika tak ada tinta hitam, aku akan menulis dengan arang
Jika tak ada kertas , aku akan menulis pada dinding
Dan jika menulis di larang, Aku akan menulis dengan tetes
darah!”
1998.
Menulis juga mempunyai pesona tersendiri, menghubungkan
kemampuan diri kita sendiri dengan dunia luar, memberikan suara kepada
pikiran-pikiran yang mungkin tidak pernah kita ungkapkan sebaliknya
Menulis adalah pembelajaran, dan perjalanan emosional dan,
intelektual yang tak pernah berakhir menawarkan peluang untuk berkembang,
berbagi, dan menginspirasi. Bagi banyak orang.
Cogito ergo sum.
Comments
Post a Comment