Posts

Jangan Mati Di Dua Tujuh.

  Ad Maiora Natus Sum? Bersemi, tangis nyawa yang kau pintal Pada halaman pertama di ujung minggu Pendar nada yang kau baca, dari bibir pekat pahatan hidup Embun bahagia, menyulam hangat di bilik jantungmu Simfoni Cinta dan tawa yang kau tulis Pada lembar-lembar rutinitas, disaat aku belum pandai membaca   Aku adalah aktor yang berperan tanpa naskah Mengembara, di antara hutan beton tanpa Peta Menentukan arah, memilah-milah utara Di tumpukan kompas-kompas bahagia Mencoba, Menata ulang kalimat-kalimat mimpi Yang mengehentikan nafasmu di ujung pelangi Meleburkan jiwa membangun kembali, Batang-batang statistik hidup yang kau tinggalkan   Di setiap sudut kekosongan, pada bab ini Detak-detik berguguran mengisi relung hampa Bab yang memeluk sakit, amarah, pedih dan dingin nya dinding-dinding air mata Apa. Yang ada pada halaman terakhir?

"Percakapan" Kertas Dan Pena

Image
  Bolehkah, aku menulis di dalam lembar tubuhmu? "ujar Pena." Ciiiih, Dasar Patriarki! "ucap Kertas." TAMAT.

Kinan Dan Sepotong Waktu

Image
Pukul 9 lewat 10 menit, Kinan menatap jam dinding yang berada di dalam kelas “5 menit lagi” ucap Kinan dalam hati. Suasana kelas begitu riuh. Teman-Teman Kinan berlari-lari, dengan wajah penuh semangat, berseru girang, berhamburan keluar masuk kelas. beberapa juga, ada yang bermain bola di lapangan kecil di tengah Sekolah. Ada yang membuka bekal dan saling bertukar makanan di bawah pohon, bercerita, sambil tertawa riang. Suara tawa mereka bersahut-sahutan mengisi setiap sudut Sekolah, seolah-olah waktu istirahat, adalah saat paling berharga, yang dinanti sejak pagi. Tapi tidak dengan kinan, ia duduk di dalam kelas membaca buku, mempersiapkan dirinya untuk pelajaran berikutnya. Akan tetapi, hatinya terasa seperti dipenuhi semut-semut kecil yang merayap tanpa henti, membuatnya gelisah. Ia menggoyang-goyangkan kakinya di bawah meja, mengigit ujung pensil, berharap bisa mengusir rasa aneh yang mengusiknya sejak pagi. Waktu berjalan begitu lambat. Dada kinan sesak, pikiranny...

IBU, AKU, DAN ZARATHUSTRA

Image
Matahari mulai mengantuk, dari Toa Surau seberang jalan, Lantunan murotal Ayat Suci menggema di langit jingga, namun pemuda itu masih asik saja menyuburkan kata demi kata di atas kertas, dengan sebatang rokok kretek dan secangkir kopi tanpa gula, seorang pemimpi yang ingin menyajikan kalimat-kalimat ajaib, sehingga menjadikannya “Übermensch” dalam skena literasi kepenulisan. “HAIL SASTRA!” teriaknya. “Eh.., Ngapain?, Mandi, Sholat, bentar lagi adzan” bagai nada lembut yang membelai, Kryptonite yang meredam teriakannya, wanita paruh baya yang rambutnya mulai memutih, tanpa pemuda itu sadari, ia dari tadi sudah berdiri dibelakangnya, mengamati, mengenakan daster kesayangannya, namun dalam kacamata pemuda itu, wanita itu masih sama cantik seperti dulu. “Bentar bu, kalimat terakhir” sambil menoleh sejenak ke arah wanita itu. “Buat apa?” “Sajak untuk ibu, Nah coba baca” wanita itu pun duduk di sebelah pemuda itu, mengambil selembar kertas yang di serahkan kepadanya, dan mulai membaca. ...

Emily Armstrong: Nostalgia "Given Up" Lewat "Heavy Is The Crown"

Image
Put me out of my misery Put me out of my misery Put me out of my Put me out of my fucking misery…….., Penggalan lirik dari lagu "Given Up", yang bisa di jadikan salah satu, dari beberapa legacy atau masterpiece, yang di tinggalkan oleh mendiang Chester Bennington, di lagu "Given Up" Chester mampu menyajikan 17 detik sebuah pekik-an yang penuh emosi. Namun setelah kematiannya di Rumahnya, Palos Verdes Estates, California, Amerika Serikat, pada 20 Juli 2017 silam. Linkin Park sebuah band yang membesarkan nama seorang Chester Bennington, harus Vakum akibat kepergian dari sang Vokalis utama. Era Baru  Emily Marcia Armstrong lahir 6 Mei 1986 di los angeles, Amerika Serikat. Emily adalah seorang penyanyi, penulis lagu, dan gitaris dari "Dead Sara" sebuah band dari Seattle, Amerika Serikat yang Ia bentuk pada tahun 2005. Dan pada bulan September 2024 kemarin, Mike Shinoda Raper sekaligus front-man dari Linkin Park mengumumkan, Emily Armstrong sebagai vok...

Serotonin.

Image
  BAB I “Meneguk malam dari botol kaca” sebuah metafora sederhana, untuk me-nyederhanakan masalah yang rumit setidak nya untuk malam ini, disini. Di tengah pangkuan malam, aku duduk di bawah rembulan utuh, Sinarnya, terangi setiap relung kosong yang telah kau tinggalkan. Desing kereta semakin memperdalam rasa sepi yang menggerogoti jiwa. Persis! Pada saat itu, saat dimana pekik-an rasa sakit menjalar di kerongkongan, tapi apalah daya pita suara tak mampu mengumandangkannya. BAB II Hey cantik Coba kau catat keretaku tiba pukul empat sore Tak usah kau tanya aku ceritakan nanti Hey cantik Ke mana saja tak ada berita sedikit cerita Tak kubaca lagi pesan di ujung malam Dan Jakarta muram kehilanganmu Terang lampu kota tak lagi sama Lagu yang pas sebagai teman perjalanan yang hangat, di tambah dengan pemandangan langit sore yang menelanjangkan senja-nya di atas hamparan padi-padi hijau, yang saat ini kulewati dengan 8 gerbong baja, yang di tarik 1 lokomotif pada jalurny...

2.50 X 1.25

Image
menggembala mencari, teduh,  hingar bingar hampa membalut dosa dengan lupa menambal pendar nyalakan temaram mengunyah tabir,  menyumpal kata man robbuka? berulang kali, kau coba warnai kanvas di tengah hujan menantang, badai salju menggelinding angkat jangkar,  berlayar, rotasi haluan tujuh makam yg telah di tetapkan yg menjadi, maka terjadi layu, langkah terhenti, rintih dan tawa mati di tikam sunyi tanggalkan mimpi, bertaruh kepada api ini abadi hancur, remuk waktu melebur metafora universal di satu tarikan nafas.