Menziarahi pemakaman lama

Dalam pangkuan malam ku seduh dendam

Hitam,

Sepekat bibir di ujung gelas.

Kepada jalan, lampu-lampu menelanjangkan cahaya

Rindu-rindu menjadi hujan, membasuh relung-relung jiwa yang kosong

 

“boleh kutuliskan namamu, dan omong kosongmu dulu? Dengan darahku sebagai tintanya”

 

Mengemas semua renjana dari parasmu

Menyambut laknat dari senyumanmu

Menggantungkan harapan pada bulu matamu

Menahan pedih, di setiap duri pada pelukanmu

Hanya jentaka yang ku ingat, dari setiap jengkal aromamu

Mendewasakan rasa pahit

Dalam ruang, yang dulu pernah kau tempati

Dalam kamarku,

 

Bulan sedang mabuk di angkasa

Bintang-bintang tengah manggung di pusat kota

Mentari terlelap  di ujung barat,

Membagi cahaya.

Datanglah, hanguskan semua dengan pijarmu hingga tak tersisa

Kubur luka yang membusuk, di bawah batu nisan bertuliskan “aku sudah selesai”

 

Hilang kehilangan

Sebuah kisah telah usang

Pemerannya terlanjur asing

Kata-kata sudah lenyap, di dalam naskah

Mimpi-mimpi telah mati

Bersemayam, di pemakaman angan dan rencana.

-7 november 2022-

Comments

Popular Posts

Content Writer Untuk Bapak

Kamu Seniman Visual? Kini Saatnya Upgrade! Kuas Dan Kanvas Senimu, Dengan Laptop ASUS AI Vivobook S14 OLED M5406.

Serotonin.