Anggi Umbara “Vina Sebelum 7 Hari”: Refleksi Kelam Ketimpangan Realita “Sistem” Di masyarakat

Film besutan Sutradara Anggi Umbara “Vina Sebelum 7 Hari” yang menuai Pro dan Kontra, adalah Film yang ber-genre Horor Tragedi, Film tersebut dikabarkan berhasil meraup keuntungan sebesar, 60 Miliar dan sudah mencapai 6 juta penonton, per hari tulisan ini di buat

 Film “Vina sebelum 7 hari” ini menceritakan tentang peristiwa yang terjadi 8 tahun silam, dan merupakan kisah dari kejadian nyata yang di alami oleh Vina dan Eky, sepasang sejoli asal Cirebon Jawa Barat,

 Peristiwa tersebut bermula saat sepasang sejoli Vina dan Eky ditemukan meninggal dunia dengan tubuh yang telah hancur, pada 27 agustus 2016 silam, tepatnya pada pukul 22:00 di jembatan talun, Kabupaten Cirebon Jawa barat, dan pihak kepolisian setempat awal mulanya menetapkan bahwa kejadian tersebut adalah peristiwa kecelakaan tunggal, Namun kemudian ditemukan banyak kejanggalan yang akhirnya membuat pihak kepolisian memutuskan untuk melakukan penyelidikan lebih lanjut.

 
"Vina: Sebelum 7 Hari", bukan sekadar film horor menegangkan. Di balik teror dan misteri pembunuhan Vina dan Eki, film ini menghadirkan refleksi kelam tentang ketimpangan realita sistem di masyarakat


Trauma dan Luka Masyarakat

"Vina: Sebelum 7 Hari" tak hanya menyoroti sistem hukum yang timpang, tetapi juga menyingkap trauma dan luka masyarakat. Tragedi pembunuhan Vina dan Eki menjadi cerminan dari kekerasan dan rasa tidak aman yang menyelimuti masyarakat.

Film ini mengajak penonton untuk merenungkan akar permasalahan yang memicu tragedi tersebut, seperti kemiskinan, kesenjangan sosial, dan budaya patriarki yang masih mengakar kuat.


Ketimpangan Sosial dan Ekonomi

Ketimpangan sosial dan ekonomi menjadi latar belakang kelam yang mewarnai film ini. Vina dan Eki, berasal dari keluarga kurang mampu, terjebak dalam lingkaran kemiskinan dan keterbatasan. Hal ini membuat mereka mudah dimanfaatkan dan menjadi korban eksploitasi.

Film ini mengkritik sistem sosial yang tak adil dan diskriminatif, di mana orang-orang miskin dan terpinggirkan menjadi mangsa bagi mereka yang memiliki kekuasaan dan privilege.

 
Ketidakadilan Sistem Hukum dan Perlindungan Perempuan

Film ini secara gamblang menunjukkan kelemahan sistem hukum yang tak mampu memberikan keadilan bagi korban, khususnya perempuan. Vina dan Eki, dua karakter utama, menjadi korban kekejaman dan sistem yang tak berpihak.

Penyelidikan kasus yang lamban, minimnya bukti, dan diskriminasi gender menjadi gambaran pahit realita yang dihadapi banyak perempuan di Indonesia. Film ini mengkritik tajam sistem yang tak mampu melindungi perempuan dan memberikan mereka hak untuk mendapatkan keadilan.

 
Pencarian Keadilan dan Kemanusiaan

Di tengah kegelapan dan keputusasaan, Film ini juga menghadirkan secercah harapan. Perjuangan Keluarga Vina dan Eki untuk mencari keadilan, meskipun diwarnai tragedi, menjadi pengingat tentang pentingnya kemanusiaan dan perjuangan melawan ketidakadilan.

 

Film"Vina: Sebelum 7 Hari" bukan hanya film horor yang menghibur, tetapi juga sebuah kritik sosial yang tajam dan provokatif. Film ini merupakan sebuah karya seni yang berani dan relevan dengan realitas masyarakat. tak hanya menghibur, tetapi juga menggugah pikiran dan perasaan, memberikan awareness, serta mendorong refleksi kritis terhadap sistem yang timpang, dan ketidakadilan yang masih mewarnai kehidupan masyarakat. mengajak penonton untuk merenungkan realita kelam masyarakat, serta mendorong perubahan sistem, dan memperjuangkan keadilan bagi semua.



Comments

Popular Posts

Content Writer Untuk Bapak

Kamu Seniman Visual? Kini Saatnya Upgrade! Kuas Dan Kanvas Senimu, Dengan Laptop ASUS AI Vivobook S14 OLED M5406.

Opus.